Sunday, February 23, 2014

REVIEW BUKU – Sst! Jakarta Juga Punya Rahasia

Meski judulnya review, Kelana tidak akan membuatnya persis seperti review pada umumnya yang sesuai dengan kaidah yang diajarkan di sekolah. Gomene—mungkin akan ada teman-teman bastind yang protes, hehehe ... tapi Kelana hanya ingin berbagi saja. Jadi mohon dimaklumi ya ^_^


Judul Buku : The Jacatra Secret
ISBN : 978-602-7770-11-9
Penulis : Rizki Ridyasmara
Penerbit : IndiePublishing
Halaman : 464
Harga : Rp 79.000

Seorang profesor terbunuh digerbang musem fatahillah. Kematiannya membuka tabir gelap sejarah ibu kota. Simbol iblis berterbaran di seantero Jakarta. Simbol angka 13 memenuhi arsitektural museum fatahillah, mata Horus di Bundaran HI, kepala kambing iblis Baphomet di pusat wilayah elit Menteng, jalur-jalur terowongan rahasia, dan lain sebagianya.

Jakarta—dulu Batavia—adalah kota yang dibangun para Mason yang berlindung dibalik jubah VOC.

Semua deskripsi tata ruang kota, arsitektur museum, monumen dan prasati dalam novel ini akurat. Siapapun bisa menelusuri fakta rahasia Jakarta sekarang.

Sedikit petikan dari halaman belakang buku yang berseting Jakarta masa kini ini. Dan kalau boleh jujur, ini buku yang sudah lama Kelana inginkan, sayangnya sudah tidak beredar di pasaran. Bahkan stok di toko buku online pun selalu kosong. Karena banyaknya peminat, bang Rizki Ridyasamara, penulisnya akhirnya menerbitkannya lagi secara indie, dengan langsung pesan lewat twitternya.

Dari sedikit cuplikan di atas bisa ditebak kalau genre buku ini adalah thriller. Dan tidak tanggung-tanggung, settingnya adalah Jakarta. Kota yang selama ini dikenal sebagai kota modern metropolitan. Tapi sebenarnya jika ditelusuri, kota ini menyimpan eksotisme masa lalu yang masih terjaga dan masih memiliki pengaruh besar hingga masa kini.

Meski ceritanya fiksi, tapi banyak fakta dan data yang nyata dan masih bisa ditelusuri hingga saat ini. Ada sebuah kutipan menarik yang tertulis di sampul buku ini, “Cara terbaik menyembunyikan rahasia adalah dengan meletakkannya di tempat umum ... “ (George Washington. 33 Masonik Degree). Jadi, mana yang fakta dan mana yang fiksi? Silahkan putuskan sendiri.

Buku ini menceritakan perjalanan seorang pakar simbol Universitas George Washington, Doktor John Grant di Indonesia. Awalnya dia datang ke Indonesia dalam rangka menghadiri konferensi para penikmat konspirasi—conspiracy society. Tapi salah satu rekan sekaligus anggota konferensi itu, yang juga politikus terkenal di Indonesia menghilang dan ditemukan meninggal di salah satu situs bersejarah di Indonesia. Tempat ditemukannya mayat, keadaan mayat si politikus, dan alasan kedatangannya ke Indonesia memaksa Doktor John Grant untuk terlibat dalam penelurusan sekaligus pengungkapan kematian yang diidentifikasikan sebagai pembunuhan berencana itu. Belum cukup dengan kematian ini, rupanya ada mafia besar yang menjadi dalang dari semua hal yang terjadi di Jakarta. Nama doktor John Grant sebagai ahli simbol pun dipertaruhkan. Hehe ... tidak seru kalau Kelana ceritakan semua.

Hal-hal menarik di buku ini menurut Kelana, detail arsitektur yang diceritakan, benar-benar membuat pembaca bisa merasa kembali ke Jakarta tempoe dulu. Lalu data-data mengenai masonik dan persaudaraan mason yang juga sudah bebas menjadi konsumsi publik. Bagi penikmat sejarah-seni, lalu penyuka novel jenis thriller, buku ini sangat disarankan. Meski memang, harus pandai-pandai membedakan mana fiksi mana fakta. Kekurangan buku ini adalah cerita yang masih kurang berliku-liku. Meski sudah berusaha menyajikan thriller ala Indonesia, tapi tetap masih ada beberapa celah yang belum sempurna. Ya, mungkin karena Kelana terbiasa membaca thriller terjemahan dengan kompleksitas cerita yang lumayan tinggi, hehe. Kadang Kelana suka membandingkan novel ini dengan The Lost Symbol-nya Dan Brown, tapi lagi-lagi sepertinya ini kurang tepat. Karena kedua buku ternyata punya kekhasannya masing-masing.

Cerita tokoh doktor Grant ini ternyata tidak berakhir sampai disini. Masih ada beberapa buku lain tulisan bang Rizki dengan tokoh yang sama. Tapi, akan Kelana ceritakan lain kali. Ada satu kalimat yang menurut Kelana cukup menggelitik, bagi bang Rizki, novel adalah cara baru menyampaikan kebenaran. Penasaran? Sepertinya masih ada kalau pesan langsung di twitternya bang Rizki, @RizkiRidrasmara.

Sekali lagi mohon maaf kalau review-nya (lagi-lagi) jauh dari kata “sesuai” dengan arti kata “review” sendiri. Kelana hanya ingin berbagi. ^_^ Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

#Kelana

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Zona Review Kelana - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Bamz