Tuhan marah, dan aku menangis
“Jangan . . .
kumohon . . . ! ! !”
kumal, dekil
tengadah tangan kecil
di pojok kumuh
Tuhan marah, dan aku menangis
isaknya
menjadi
pada gelap menggantung
Tuhan marah, dan aku menangis
menjadi
pada gelap menggantung
Tuhan marah, dan aku menangis
di balik bayang senja
”tidak
kumohon . . . !”
ratapnya
sayup, pilu
”tidak
kumohon . . . !”
ratapnya
sayup, pilu
Tuhan marah, dan aku menangis
hingga hilang
suara
nafasnya
tinggal
Tuhan marah, dan aku menangis
hingga hilang
suara
nafasnya
tinggal
Tuhan marah, dan aku menangis
seonggok tulang
hitam
dekil
mungil
mentari lah lupa pada sinarnya
hitam
dekil
mungil
mentari lah lupa pada sinarnya
Tuhan marah, dan aku menangis
sumpah
serapah
sampah
gerah
Tuhan marah, dan aku menangis
”tidak ! ! !”
ia berkilah
lantang
”aku hanya utusan
tuk sempurnakan ayat-Nya
sumpah
serapah
sampah
gerah
Tuhan marah, dan aku menangis
”tidak ! ! !”
ia berkilah
lantang
”aku hanya utusan
tuk sempurnakan ayat-Nya
dan esoknya,
tercetak besar-besar
” Gelandangan kecil, mati
atas noda-noda kekuasaan”
Sayang,
hanya
kertas kusam
di tong sampah
#Kelana
tercetak besar-besar
” Gelandangan kecil, mati
atas noda-noda kekuasaan”
Sayang,
hanya
kertas kusam
di tong sampah
#Kelana
0 comments:
Post a Comment