Friday, July 4, 2014

REVIEW BUKU – Cinta Tidak Pernah Bercanda

REVIEW BUKU – Cinta Tidak Pernah Bercanda
Judul Buku : The Dream in Taipei City
Penulis : Mell Shaliha
ISBN : 978-602-1614-16-7
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : Februari 2014
Tebal : 358 halaman

Apa jadinya jika di usia yang tidak lagi kanak-kanan, kau justru diharuskan terdampar di sebuah tempat yang sangat asing dan dengan orang-orang yang tidak kalah asing? Meski salah satu dari mereka kau panggil ‘ayah’?”
Adalah sosok Ella-Tan, gadis yang lahir dari seorang ibu asli Jawa-Indonesia dan ayah seorang Taiwan. Ella terlahir dari seorang ibu yang pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Taiwan, yang kemudian menikah dengan seorang pria asal Taiwan. Tetapi tekanan keluarga ayahnya, membuat ibu Ella akhirnya menyerah, berpisah dengan ayahnya dan kembali ke Indonesia. tetapi perjanjian kedua orang tua Ella memaksa Ella untuk tinggal bersama ayahnya di Taiwan setelah 17 tahun.
Ella datang ke Taiwan dalam rangka melanjutkan pendidikannya, tentu dengan sokongan dari ayahnya. Meski memanggilnya ‘papa’, Ella tidak pernah merasa dekat dengan ayahnya. Apalagi keluarga baru ayahnya sama sekali tidak menyukainya. Tanpa mengenal siapapun pada awalnya, Ella berjuang untuk dapat diterima di sebuah universitas ternama di Taiwan. Dari sinilah ia bertemu dengan orang-orang yang kelak akan semakin mewarnai kehidupannya. Ada Marcel Yo, seorang dosen muda yang untuk pertama kalinya menggetarkan dawai hatinya. Lalu kemunculan Adrian, Ferdy, Hilma dan banyak teman-teman dari Indonesia yang pada akhirnya tidak membuat Ella kesepian lagi. Lalu sosok Kim Hae Yo, pemuda asal Korea yang tampan dan ceria, yang semakin menyemarakkan kehidupan Ella.
Tapi rupanya hidup di negeri orang tetap tidak mudah bagi Ella. Ia harus bersusah payah meyakinkan ayahnya untuk diizinkan tinggal di apartemen, alih-alih tinggal bersama keluarga ayahnya yang membencinya. Di kampus, Ella juga harus berjuang untuk bisa mengikuti kuliah yang sebagian besar menggunakan bahasa Mandarin, meski bahasa Mandarin Ella sebenarnya tidak terlalu buruk. Ella juga harus berjuang melawan musim dingin yang menggigit, karena ia sama sekali tidak tahu cara menghadapinya. Lalu sederetan kisah yang membolak-balik hati Ella.
Meski tidak mudah, pertengkaran kecil dan kesalahpahaman antara Ella dan ayahnya akhirnya mampu membuat kebekuan diantara keduanya perlahan mencair. Ella menemukan ayahnya berbeda dari sosok yang selama ini ia bayangkan. Perlahan Ella juga menemukan, apa yang sebenarnya membuat hatinya bergetar, dan pada siapa hatinya tertambat kemudian. Bisakah Ella akhirnya menentukan pilihannya?
Membaca buku ini serasa diajak berkeliling Taipei. Mell Shaliha berhasil menghadirkan nuansa merah—khas Tiongkok dalam balutan buku ini. Kehidupan sehari-hari yang dijalani Ella terasa begitu nyata, seolah-olah benar-benar mengalaminya sendiri.
Dalam perjalanannnya, sosok Ella perlahan menjadi lebih dewasa. Ia tidak hanya dibutakan pada anggapan soal ayahnya, yang tidak pernah ia kenal. Ella memilih untuk menunggu dan perlahan mengenal ayahnya sebelum memberikan penilaian. Sosok lain yang membuat Ella lebih dewasa adalah Marcel Yo. Dosen muda ini digambarkan begitu mempesona sehingga membuat Ella pun tertatik. Di akhir cerita, sosok dosen muda ini mulai menyadari ‘keunikan’ dalam diri Ella, sayangnya perasaannya tidak berkembang baik. Berbeda dengan sosok Kim Hae Yo. Pemuda asal Korea ini benar-benar menghiasi kehidupan sehari-hari Ella. Ia bahkan yang seringkali lebih perhatian pada Ella dibandingkan yang lain. Meski Hae Yo sendiri tidak pernah menyadari perhatian itu, tapi pada akhirnya waktu pun membuktikan arti perhatian Hae Yo.
Sebenarnya masih ada satu sosok lagi yang berperan dalam proses pendewasaan diri Ella, yakni ibunya. Di awal di gambarkan jika Ella dekat dengan ibunya. Tetapi dalam cerita, kedekatan ini sayangnya kurang dikembangkan. Tidak tampak percakapan antara Ella dan ibunya, meski hanya lewat telepon. Bahkan saat mengalami masalah dengan ayahnya, Ella lebih banyak bercerita dengan teman-temannya, yang notabene tidak pernah mengenal ayahnya sama sekali.
Secara keseluruhan alur novel ini menarik. Bahasa yang digunakan pun simple dan mudah dicerna. Beberapa percakapan dalam bahasa Mandarin, Inggris maupun Korea disampaikan dengan mudah. Dan ya, Cinta memang tidak pernah bercanda. Datang pada orang yang tepat, menunggu untuk waktu yang tepat.
Saat pertama membaca novel ini, sosok Kim Hae Yo mengingatkan Kelana pada seorang drummer tampan di salah satu serial Korea. Dan saat membaca kisah dibalik pembuatan novel ini di blog mbak Mell, ternyata tebakan Kelana tepat. Sosok Kim Hae Yo adalah representasi Joon-Hee, seorang drummer di serial Korea Heartstrings. Dan ternyata … sosok lain di novel ini juga banyak mengambil karakter dari beberapa drama Asia lainnya. Dan yaaa … akhirnya ketahuan deh, kalau Kelana penggemar Korea juga. Asyik … (loh, kenapa bahasanya jadi ancur gini sih). Ok, sepertinya basa-basi dan bahasa baku Kelana cukup sampai di paragraph atas saja. Selebihnya bahasa non-formal alias bahasa pop.
Terimakasih untuk mbk Asri Istiqomah dan mbk Mell Shaliha atas bukunya yang keren. Ah ya … saya masih harus banyak belajar lagi.
Sampai jumpa di tulisan lainnya … 39 ^_^

2 comments:

Anonymous said...

Buku yg bagus y!
Tolong review in i hate a rich man dong na

miss u
tiwi

Unknown said...

bukunya siapa tuh?
Na mlah blom punya
hehe

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Zona Review Kelana - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Bamz