Judul Buku : The Dream in Taipei City
Penulis : Mell Shaliha
ISBN : 978-602-1614-16-7
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : Februari 2014
Tebal : 358 halaman
Penulis : Mell Shaliha
ISBN : 978-602-1614-16-7
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : Februari 2014
Tebal : 358 halaman
Apa jadinya jika di usia yang tidak
lagi kanak-kanan, kau justru diharuskan terdampar di sebuah tempat yang sangat
asing dan dengan orang-orang yang tidak kalah asing? Meski salah satu dari
mereka kau panggil ‘ayah’?”
Adalah sosok Ella-Tan, gadis yang
lahir dari seorang ibu asli Jawa-Indonesia dan ayah seorang Taiwan. Ella terlahir
dari seorang ibu yang pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di
Taiwan, yang kemudian menikah dengan seorang pria asal Taiwan. Tetapi tekanan
keluarga ayahnya, membuat ibu Ella akhirnya menyerah, berpisah dengan ayahnya
dan kembali ke Indonesia. tetapi perjanjian kedua orang tua Ella memaksa Ella
untuk tinggal bersama ayahnya di Taiwan setelah 17 tahun.
Ella datang ke Taiwan dalam rangka
melanjutkan pendidikannya, tentu dengan sokongan dari ayahnya. Meski memanggilnya
‘papa’, Ella tidak pernah merasa dekat dengan ayahnya. Apalagi keluarga baru
ayahnya sama sekali tidak menyukainya. Tanpa mengenal siapapun pada awalnya,
Ella berjuang untuk dapat diterima di sebuah universitas ternama di Taiwan. Dari
sinilah ia bertemu dengan orang-orang yang kelak akan semakin mewarnai
kehidupannya. Ada Marcel Yo, seorang dosen muda yang untuk pertama kalinya
menggetarkan dawai hatinya. Lalu kemunculan Adrian, Ferdy, Hilma dan banyak
teman-teman dari Indonesia yang pada akhirnya tidak membuat Ella kesepian lagi.
Lalu sosok Kim Hae Yo, pemuda asal Korea yang tampan dan ceria, yang semakin
menyemarakkan kehidupan Ella.
Tapi rupanya hidup di negeri orang
tetap tidak mudah bagi Ella. Ia harus bersusah payah meyakinkan ayahnya untuk
diizinkan tinggal di apartemen, alih-alih tinggal bersama keluarga ayahnya yang
membencinya. Di kampus, Ella juga harus berjuang untuk bisa mengikuti kuliah
yang sebagian besar menggunakan bahasa Mandarin, meski bahasa Mandarin Ella sebenarnya
tidak terlalu buruk. Ella juga harus berjuang melawan musim dingin yang
menggigit, karena ia sama sekali tidak tahu cara menghadapinya. Lalu sederetan
kisah yang membolak-balik hati Ella.
Meski tidak mudah, pertengkaran
kecil dan kesalahpahaman antara Ella dan ayahnya akhirnya mampu membuat
kebekuan diantara keduanya perlahan mencair. Ella menemukan ayahnya berbeda
dari sosok yang selama ini ia bayangkan. Perlahan Ella juga menemukan, apa yang
sebenarnya membuat hatinya bergetar, dan pada siapa hatinya tertambat kemudian.
Bisakah Ella akhirnya menentukan pilihannya?
Membaca buku ini serasa diajak
berkeliling Taipei. Mell Shaliha berhasil menghadirkan nuansa merah—khas Tiongkok
dalam balutan buku ini. Kehidupan sehari-hari yang dijalani Ella terasa begitu
nyata, seolah-olah benar-benar mengalaminya sendiri.
Dalam perjalanannnya, sosok Ella
perlahan menjadi lebih dewasa. Ia tidak hanya dibutakan pada anggapan soal ayahnya,
yang tidak pernah ia kenal. Ella memilih untuk menunggu dan perlahan mengenal
ayahnya sebelum memberikan penilaian. Sosok lain yang membuat Ella lebih dewasa
adalah Marcel Yo. Dosen muda ini digambarkan begitu mempesona sehingga membuat
Ella pun tertatik. Di akhir cerita, sosok dosen muda ini mulai menyadari ‘keunikan’
dalam diri Ella, sayangnya perasaannya tidak berkembang baik. Berbeda dengan
sosok Kim Hae Yo. Pemuda asal Korea ini benar-benar menghiasi kehidupan sehari-hari
Ella. Ia bahkan yang seringkali lebih perhatian pada Ella dibandingkan yang
lain. Meski Hae Yo sendiri tidak pernah menyadari perhatian itu, tapi pada
akhirnya waktu pun membuktikan arti perhatian Hae Yo.
Sebenarnya masih ada satu sosok lagi
yang berperan dalam proses pendewasaan diri Ella, yakni ibunya. Di awal di
gambarkan jika Ella dekat dengan ibunya. Tetapi dalam cerita, kedekatan ini
sayangnya kurang dikembangkan. Tidak tampak percakapan antara Ella dan ibunya,
meski hanya lewat telepon. Bahkan saat mengalami masalah dengan ayahnya, Ella
lebih banyak bercerita dengan teman-temannya, yang notabene tidak pernah
mengenal ayahnya sama sekali.
Secara keseluruhan alur novel ini
menarik. Bahasa yang digunakan pun simple dan mudah dicerna. Beberapa percakapan
dalam bahasa Mandarin, Inggris maupun Korea disampaikan dengan mudah. Dan ya,
Cinta memang tidak pernah bercanda. Datang pada orang yang tepat, menunggu
untuk waktu yang tepat.
Saat pertama membaca novel ini,
sosok Kim Hae Yo mengingatkan Kelana pada seorang drummer tampan di salah satu
serial Korea. Dan saat membaca kisah dibalik pembuatan novel ini di blog mbak
Mell, ternyata tebakan Kelana tepat. Sosok Kim Hae Yo adalah representasi
Joon-Hee, seorang drummer di serial Korea Heartstrings. Dan ternyata … sosok
lain di novel ini juga banyak mengambil karakter dari beberapa drama Asia
lainnya. Dan yaaa … akhirnya ketahuan deh, kalau Kelana penggemar Korea juga. Asyik
… (loh, kenapa bahasanya jadi ancur gini sih). Ok, sepertinya basa-basi dan
bahasa baku Kelana cukup sampai di paragraph atas saja. Selebihnya bahasa
non-formal alias bahasa pop.
Terimakasih untuk mbk Asri Istiqomah
dan mbk Mell Shaliha atas bukunya yang keren. Ah ya … saya masih harus banyak
belajar lagi.
Sampai jumpa di tulisan lainnya … 39
^_^
2 comments:
Buku yg bagus y!
Tolong review in i hate a rich man dong na
miss u
tiwi
bukunya siapa tuh?
Na mlah blom punya
hehe
Post a Comment